Welcome..!! Foto membuat 1 detik bahkan seper sekian detik menjadi mempunyai beribu-ribu makna dan kenangan, yang membawa sang penikmatnya ke dunia imajinasi dan membayangkan kembali ke saat-saat indah, sedih dan membahagiakan itu terekam.

« Home | Akhirnya selesai Juga..!!!! » | Lyric Of The Week » | Woi ... nyadar woi...!!! » | HELP ME ...... » | Met ULtah ya.... » | Well, ni hari (Kamis, 18/05/2006 02:15)...... »

Berita Buruk Jadi Makanan Sehari-Hari

Mulai pagi hingga pagi lagi, sejak Seputar Indonesia di RCTI hingga Lintas 5 di TPI, kita harus selalu siap bertemu berita-berita buruk. Perampokan, pembunuhan, bencana alam, korupsi, sidang pengadilan, bentrok massal, demo disertai kekerasan, atau kebakaran-lah. Itu semua jadi materi-materi yang akan kita temui dalam program-program berita tersebut.
Bila kita ingat sekitar dua dekade lalu, saat di televisi kita hanya ada satu siaran televisi dari TVRI, pola yang hadir sangat bertolak belakang dari apa yang ada saat ini. Ketika itu, siaran berita televisi tidak difungsikan sebagaimana mestinya sebagai sarana informasi, melainkan justru dijadikan kepanjangan tangan public relations pemerintah.
Berita-berita TVRI pada zaman dahulu kala itu dimulai dengan Berita Nusantara j 5 sore, yang berisi berita-berita dari berbagai daerah di Indonesia. Satu jam kemudian hadir Berita Daerah yang menunjukkan acara-acara produksi stasiun TVRI lokal tiap-tiap provinsi.
Kemudian Berita Nasional tersaji pukul 19.00 dengan informasi-informasi terkini dari pusat pemerintahan di Jakarta. Pada pukul 21.00 hadir Dunia Dalam Berita dan diakhiri siaran berita singkat berdurasi antara lima hingga 10 menit, Berita Terakhir yang tayang pada sekitar pukul 22.30. Karena program-program tersebut berisi propaganda pemerintah, tak heran muatan isinya sama dan sebangun. Berita-berita itu umumnya hanya berisi peresmian
proyek-proyek pembangunan, seminar, diskusi, lokakarya tentang P4, kegiatan rutin mantan Presiden Soeharto, serta kunjungan para pejabat pusat ke daerah.
Dengan kandungan materi yang demikian, penonton pun tiap hari disuguhi tayangan yang itu-itu saja: Pak Harto pidato, Pak Harto memukul gong, Pak Harto bersalaman, Pak Harto menggunting Pita, dan kemudian adegan serombongan hadirin duduk rapi berjajar-jajar dengan sikap serius, baik di dalam maupun di luar ruangan.
Tak Heran siaran berita televisi kehilangan kapasitas sebagai sarana informasi. Pemirsa tidak memperoleh informasi apapun yang bermanfaat karena yang muncul memang bukan informasi, namun propaganda. "Boro-boro" menonton, sebagian besar pemirsa justru mematikan pesawat televisi ketika siaran berita berlangsung dan berlalu untuk mengerjakan aktivitas lain.

Satu-satunya perkecualian hanyalah ketika Dunia dalam Berita mengudara pada pukul sembilan malam. Selain karena dibawakan dengan menarik oleh para pembawa berita handal. Di layar tak hanya muncul adegan orang-orang duduk berjajar rapi atau pejabat memukul gong, namun juga gambar pertempuran sengit di Iran, kelaparan di Ethiopia, kegemparan ketika Ronald Reagen ditembak, atau kiprah para atlet dunia dalam berbagai cabang olahraga.

Ketika keran televisi swasta dibuka dan kompetisi antarstasiun televisi mulai terjadi, para pengelola televisi harus memutar otak untuk membuat siaran berita, sebagaimana mata acara lain, semenarik mungkin agar mampu memenangi hati pemirsa. Dan setelah diotak-atik sedemikinan rupa, kelihatannya ketahuan bahwa publik jauh lebih cepat tergelitik oleh berita buruk ketimbang berita baik.

Siapa yang mau menyaksikan berita peresmian bendungan kecuali pegawai kontraktor pembangunan bendungan dan karyawan operator bendungan itu?
Tapi siapa pun tentu tertarik untuk menyimak berita tentang bentrokan demonstran versus polisi atau siaran langsung sidang pengadilan kasus-kasus besar seperti yang sekian tahun lalu pernah digelar Antv.

Kondisi itu semakin menemukan bentuk ketika "Orde Reformasi" menggelinding kebebasan pers yang sudah sejak dulu didamba-dambakan. Maka berita buruk pun menjadi bertambah gamblang karena kebebasan dibuka seluas mungkin. Muncullah gambar-gambar mengerikan seperti pencopet dipukuli massa, mayat mengambang di selokan, atau korban kecelakaan dalam kondisi mengenaskan.

Jika dipandang dari sudut hak dan kebesan publik untuk memperoleh informasi, fenomena itu sah-sah saja. Namun tanpa disadari, lambat laun muncul suatu kondisi mengkhawatirkan: kita merasa negara ini kian porak-poranda dan tiap hari justru bertambah remuk.

Persoalannya, kita tiap hari juga disuguhi berita, tayangan, dan liputan yang membuat kita sedih dan cemas. Jembatan ambrol, bencana alam dengan penanganan amatiran, korupsi di lembaga peradilan, atau kebocoran ujian nasional. Semua itu memberi kesan Indonesia makin tak terkendali, karena tak terurus sebagaimana mestinya.

Siaran berita pada masa Orde Baru memang tak menarik dan amat membosankan, karena hanya berisi acara-acara seremonial dan propaganda. Tapi adegan Presiden meresmikan bendungan, mengadakan (sandiwara) temu wicara soal pupuk dengan petani, atau meluncurkan pesawat produksi IPTN sedikit banyak menenteramkan penonton bahwa setidaknya pemerintah masih mengurusi negara ini.

Sekarang kita kehilangan sentuhan "komunikasi pembangunan" itu dari layar kaca kita. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tak pernah tampak meresmikan proyek pembangunan. Juga tak pernah terdengar membicarakan kemajuan-kemajuan pencapaian teknologi negeri sendiri hasil penelitian LIPI, Lapan, atau Batan.

Yang kerap kita saksikan justru tayangan Presiden tergopoh-gopoh meninjau lokasi bencana alam dengan wajah galau, mengumumkan rencana kenaikan BBM, berdebat sengit dengan mahasiswa, serta sederetan gambar lain yang membuat jantung ini kebar kebit tak karuan.

Kondisi itu menyebabkan kita bener-bener kehilangan kebanggaan, baik sebagai pemirsa televisi maupun sebagai anak bangsa. Kita tidak pernah lagi menyaksikan berita-berita yang membuat kita bangga sebagai orang Indonesia.
Berita tentang peluncuran satelit yang 100 buatan putra Indonesia adalah berita bagus, jadi harus disimpan dan diganti berita buruk yang pasti jauh lebih menarik seperti pejabat yang tertangkap basah sedang selingkuh atau tumpukan sampah di pusat kota Bandung.

Susahnya lagi, kita malah sudah terlebih dulu kehilangan rasa percaya diri sebagai sebuah bangsa. Ketika pesawat N-250 meluncur, serta merta seseorang nyeletuk "Angka 250 berarti pesawat ini dikemudikan dua pilot, dibantu lima pramugari dan memuat 0 penumpang..!!" parah..parah..!!!

Labels:

Post a Comment


Kategori Tulisan

dates To reMember

  • 31 Okt - My Lovely Mom Die
  • 17 Nov - My Mom's Birth Day
  • 29 Nov - My Lovely Mom Graduated (S2)
  • 24 Juni - My Father's Birth Day
  • 16 Feb - Indra Birth Day
  • 23 Feb - Dik Adi Birth Day
  • 18 Mar - My Nonanana B'Day

Anda pengunjung ke-



My Short Blog



Tinggalkan Pesan





-->

Blog Catalog





Powered by
Top CSS 

Templates Sites
WebDesign TopSites
Blogger Templates

Powered by 

Blogger
Free 

Domain Name Address
Free 

Shoutbox Technology Pioneer
BlogFam 

Community
Blogfam 

Online Magazine

Komunitasnya MaskresZ